Sindoedarsono
Soedjojono (Kisaran, Sumatera Utara Mei 1913 – 25 Maret,Jakarta, 1985)
merupakan pelukis legendaris di Indonesia. Dengan diawali oleh Trisno
Soemardjo, Sudjojono dijuluki sebagai Bapak Seni Rupa Indonesia Modern. Julukan
ini diberikan kepadanya karena Sudjojono adalah senimaan pertama Indonesia yang
memperkenalkan modernitas seni rupa Indonesia dengan konteks kondisi faktual
bangsa Indonesia. Ia biasa menulis namanya dengan “S. Sudjojono”.
MASA SEKOLAH
Soedjojono
lahir dari keluarga transmigran asal Pulau Jawa. Ayahnya, Sindudarmo, adalah
mantri kesehatan di perkebunan karet Kisaran, Sumatera Utara, beristrikan
Marijem, seorang buruh perkebunan. Ia lalu dijadikan anak angkat oleh seorang
guru HIS, Yudhokusumo. Oleh bapak angkat inilah, Djon (nama panggilannya)
diajak ke Jakarta (waktu itu masih bernama Batavia) pada 1925. Ia menamatkan HIS
di Jakarta, lalu melanjutkan SMP di Cimahi, dan menyelesaikan SMA di Perguruan
Taman Siswa di Yogyakarta. Di Yogyakarta itulah ia sempat belajar montir
sebelum belajar melukis kepada RM Pirngadie selama beberapa bulan. Sewaktu di
Jakarta, ia belajar kepada pelukis Jepang, Chioji Yazaki.
KARIER GURU
Ia sempat
menjadi guru di Taman Siswa seusai lulus dari Taman Guru di perguruan yang
didirikan oleh Ki Hajar Dewantara itu. Ia ditugaskan oleh Ki Hajar Dewantara
untuk membuka sekolah baru di Rogojampi, Banyuwangi, tahun 1931.
PELUKIS
Namun ia
kemudian memutuskan untuk menjadi pelukis. Pada tahun 1937, ia ikut pameran
bersama pelukis Eropa di Bataviasche Kunstkring, Jakarta. Inilah awal namanya
dikenal sebagai pelukis. Pada tahun itu juga ia menjadi pionir mendirikan
Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi). Oleh karena itu, masa itu disebut
sebagai tonggak awal seni lukis modern berciri Indonesia. Ia sempat menjabat
sebagai sekretaris dan juru bicara Persagi. Selain sebagai pelukis, ia juga
dikenal sebagai kritikus seni rupa pertama di Indonesia. Lukisannya punya ciri
khas kasar, goresan dan sapuan bagai dituang begitu saja ke kanvas. Obyek
lukisannya lebih menonjol kepada kondisi faktual bangsa Indonesia yang
diekspresikan secara jujur apa adanya.
PANDANGAN
POLITIK
Sebagai
seorang kritikus seni rupa, ia dianggap memiliki jiwa nasionalis. Djon sering
mengecam Basoeki Abdoellah sebagai tidak nasionalistis karena hanya melukis
keindahan Indonesia sekedar untuk memenuhi selera pasar turis. Dua pelukis ini
pun kemudian dianggap sebagai musuh bebuyutan. Sengketa ini mencair ketika
Ciputra, pengusaha penyuka seni rupa, mempertemukan Djon, Basoeki Abdoellah,
dan Affandi dalam pameran bersama di Pasar Seni Ancol, Jakarta. Pada masa Orde
Lama, ia pernah ikut dalam Lekra dan bahkan Partai Komunis Indonesia. Ia sempat
menjadi wakil partai di parlemen. Namun, pada 1957, ia dipecat dari partai
dengan alasan resmi pelanggaran etik karena ketidaksetiaan kepada
keluarga/istri. Tahun 1959 setelah didesak tuntutan Mia Bustam, istri
pertamanya, Sudjojono resmi bercerai dari Ibu yang memberi delapan anak untuk
pasangan ini, setelah secara sembunyi-sembunyi mencintai Rosalina Poppeck -
seorang sekretaris dan penyanyi - selama beberapa tahun, yang kemudian
dinikahinya sekaligus mengganti nama istri barunya menjadi Rose Pandanwangi.
LUKISAN
TERKENAL
1. Di Depan Kelambu Terbuka
2. Cap Go Meh
3. Kawan-kawan Revolusi
4. Pengungsi
5. Seko
PENGHARGAAN
1. Anugerah Seni, 1970
0 komentar:
Posting Komentar