Betelgeuse,
atau α Orionis, adalah bintang tercerah di konstelasi Orion, meski sebenarnya
bintang ini lebih redup dari β Orionis, Rigel. Betelgeuse merupakan bintang
maha raksasa (supergiant) bertipe M (bintang paling merah, bersuhu 3.200-2.100
derajat Celcius). Bintang ini bertipe M karena telah melewati fase utama dan
menghabiskan hampir semua energinya. Bintang yang telah melewati fase utama
akan memiliki proporsionalitas antara ukuran dan massanya, termasuk
luminositasnya (luminositas: intensitas cahaya/energi yang dipancarkan
bintang per detik). Matahari pun telah melewati fase utama.
Posisi Betelgeuse di Orion |
Betelgeuse |
Dengan
penghitungan modern, Betelgeuse berjarak sekitar 430 tahun cahaya dari Bumi. Sedangkan dengan paralaks, jarak supergiant ini
adalah 640 tahun cahaya. Betelgeuse merupakan satu dari dua supergiant bermagnitudo
besar (bintang lainnya adalah Antares, atau α Scorpii – bintang terterang di
konstelasi Scorpius). Magnitudo semu Betelgeuse bervariasi antara 0,3-1,1.
Magnitudo yang berubah-ubah inilah yang membuat Betelgeuse dijadikan bintang
alpha meski lebih redup dari Rigel. Sedangkan magnitudo mutlaknya adalah -5,14.
[Note:
Kecerahan suatu bintang diukur dengan magnitudo. Ada dua magnitudo; magnitudo
semu dan magnitudo mutlak. Magnitudo semu adalah tingkat kecerahan bintang saat
dilihat dari Bumi, sedangkan magnitudo mutlak adalah tingkat kecerahan bintang
yang sebenarnya. Sebagai contoh, benda langit yang mempunyai magnitudo semu
paling tinggi saat malam adalah Bulan, dan saat siang adalah Matahari. Makin
kecil nilai magnitudo suatu objek, makin terang objek tersebut.]
Ukuran
bintang supergiant ini lebih dari 1000 kali ukuran Matahari, dan
100000 kali lebih terang. Ukuran Betelgeuse hampir sama dengan luas orbit
Jupiter mengelilingi Matahari, atau sekitar 4,5 kali lebih besar dari orbit
Bumi mengelilingi Matahari. Artinya, jika Betelgeuse merupakan pusat Tata Surya
kita, bintang ini akan “melahap” semua planet hingga Jupiter. Namun, massa
Betelgeuse hanya 20 kali massa Matahari dan suhu permukaannya pun “kalah” dari
suhu permukaan Matahari. Suhu permukaan Betelgeuse sekitar 3.300˚ C, sedangkan
permukaan Matahari bersuhu 5.500˚ C.
Alpha Orionis |
Cahaya yang
dipancarkan Betelgeuse kebanyakan berupa infrared. Dalam perkembangannya,
bintang ini kemungkinan sebelumnya jauh lebih besar dan telah kehilangan banyak
massa saat mencapai fase utama (mungkin lebih dari setengahnya) dalam bentuk
angin bintang.
Nama
Betelgeuse merupakan nama perubahan yang diambil dari bahasa Arab, “yad al
jauza”, yang berarti “tangan al-jauza”.
Sekarang,
telah banyak diketahui ada banyak bintang semassif Betelgeuse, dan mungkin
bintang-bintang tersebut pun semassif Betelgeuse saat α Orionis ini mencapai
fase utama. Dari sekitar 100 milyar bintang di Bima Sakti, diperkirakan 1%
memiliki massa fase utama 30 kali lebih besar dari massa Matahari, dan mungkin
Betelgeuse pun termasuk kelompok 1% ini. Perkiraan kasarnya adalah, bintang-bintang
seperti itu menghabiskan 1% massa hidupnya sebagaisupergiant, dan berarti ada
sekitar 10.000.000 bintang mirip Betelgeuse di galaksi kita.
Ada beberapa
bintang sebesar Betelgeuse yang bisa dilihat dengan mata telanjang, termasuk
Betelgeuse sendiri. Contoh lainnya adalah Mira, di konstelasi Cetus. Mira,
bintang menakjubkan yang mempunyai dan menyerupai “komet” raksasa, mungkin
lebih besar dari Betelgeuse, sebegitu besarnya sehingga diperkirakan lapisan
luar bintang tersebut juga menyatu karena gravitasi. Mira diyakini melepaskan
lapisan luarnya, mungkin dalam jumlah banyak karena lemahnya gravitasi. Bintang
termassif yang sejauh ini diketahui adalah η Carinae (bintang tercerah ke tujuh
di konstelasi Carina), yang massanya 150 kali massa Matahari saat terbentuk,
dan sekarang diperkirakan bermassa 50-60 kali massa Matahari. Pada 1830an, η
Carinae meledak dan menjadi objek sangat terang yang bisa dilihat dengan mata
telanjang. Saat meledak, bintang ini memancarkan gas dengan massa yang
diperkirakan sama dengan massa Matahari.
Mira |
"Ekor" Mira |
Eta Carinae |
Betelgeuse
dikelilingi nebula terang dan kompleks. Gambar yang diambil dengan Very
Large Telescope (VLT) milik ESO (European Southern Observatory) ini
menunjukkan nebula ini menyerupai api yang memancar dari Betelgeuse, yang
membentuk “monster raksasa” yang menumpahkan materinya ke ruang angkasa. Nebula
yang lebih besar dari bintangnya ini membentang hingga 60 milyar kilometer dari
permukaan bintang – sekitar 400 kali jarak Bumi-Matahari, hampir seluas Tata
Surya kita.
Nebula Betelgeuse |
Bintang merah supergiant seperti
Betelgeuse merupakan bintang yang sedang dalam fase-fase terakhir bintang
raksasa. Dalam fase yang pendek ini, ukuran bintang akan membesar, dan
mengeluarkan materi ke ruang angkasa dalam jumlah sangat banyak – Betelgeuse
mengeluarkan materi sangat banyak (hampir sama dengan massa Matahari) hanya
dalam 10.000 tahun.
Proses
pelepasan materi dari bintang supergiant seperti Betelgeuse
menunjukkan dua fenomena. Pertama, terbentuknya lapisan gas raksasa (meskipun
lebih kecil dari nebula Betelgeuse) yang membentang ke ruang angkasa dari
permukaan bintang. Fenomena ke dua terjadi di balik keluarnya lapisan gas
tersebut, yaitu gerakan naik turun gelembung raksasa yang kuat dalam atmosfer
Betelgeuse – mirip gerakan air mendidih dalam panci.
Proses Pelepasa Materi (Ilustrasi) |
Lapisan gas
yang terlihat dengan bintang ini diperkirakan berhubungan dengan struktur luar
nebula. Nebulanya sendiri tidak bisa dilihat dalam cahaya tampak karena
“tertutup” cahaya Betelgeuse. Bentuk materi yang tidak simetris dan tidak
beraturan ini menandakan bahwa Betelgeuse tidak melepaskan materinya secara
simetris. Nebula yang tampak mengelompok mungkin disebabkan gelembung materi
bintang dan lapisan gas raksasa yang dihasilkan.
Sebagian
besar materi yang dikeluarkan Betelgeuse berupa debu silikat dan alumina.
Materi ini adalah materi sama yang membentuk sebagian besar kerak Bumi dan
planet berbatu lainnya. Dahulu kala, silikat Bumi terbentuk dalam bintang
massif mirip Betelgeuse (yang sekarang sudah “langka”).
Di awal
“kehidupan”nya sekitar 10 juta tahun yang lalu, Betelgeuse merupakan bintang
biru, panas, dan bertipe O. Pada akhirnya, bintang ini menyatukan neon,
magnesium, sodium, dan silikon, menjadi besi. Intinya kemudian akan hancur,
menyebabkan bintang ini menjadi supernova. Saat itu terjadi, Betelgeuse akan
terlihat sangat terang seperti Bulan purnama.
Usia
Betelgeuse hanya tinggal beberapa juta tahun lagi, dan saat kehabisan energi,
bintang supergiant ini akan mengalami supernova. Saat ini terjadi, supernova bisa dilihat dengan
mudah dari Bumi, bahkan di siang bolong.
Betelgeuse
sempat “digosipkan” telah meledak, dan akibatnya Bumi akan mempunyai dua
Matahari saat cahaya supernova supergiant ini mencapai Bumi. Namun,
belum ada bukti ilmiah tentang supernova tersebut. Dan juga, supernova
Betelgeuse tidak akan tampak sebesar Matahari dari Bumi. Meski, bila telah
meledak, berarti cahaya supernova yang akan kita lihat adalah cahaya supernova
430 tahun yang lalu. Atau, bila Betelgeuse meledak tahun ini, maka manusia di
Bumi bisa menyaksikannya 430 tahun kemudian.
Sumber: http://antares-astronomyfreak.blogspot.com/2011/07/betelgeuse.html
0 komentar:
Posting Komentar