1. Albert Einstein
Saat masih kecil, Einstein merupakan salah satu anak yang memiliki kemampuan bahasa yang sangat lambat. Bahkan orang tuanya menjadi was-was dan segera berkonsultasi pada dokter mengenai masalah yang dialami oleh Einstein.
Karena kemampuan bahasanya yang kurang, kepala sekolah bahkan menyarankan Eisntein untuk keluar dari sekolah. Namun kemampuan bahasa yang kurang tak membuat Eisntein mengucilkan diri dalam kehidupan masyarakat. Sebab, ia justru dikenal sebagai anak baik dan suka menolong. Karakter tersebut membuat kecerdasannya bertambah.
Einstein boleh dianggap sebagai anak bodoh karena kemampuan bahasanya yang sangat kurang. Namun, Eisntein tak pernah mengalami kegagalan dalam pelajaran matematika. Sebelum menginjak usia lima belas tahun, Einstein bahkan telah menguasai kalkulus diferensial dan integral yang dipelajarinya secara otodidak. Saat masih duduk di bangku sekolah dasar, Einstein merupakan anak yang kemampuannya berada di atas rata-rata. Ia sangat senang memecahkan masalah rumit dalam aritmatika terapan. Einstein sangat beruntung, karena memiliki orang tua yang selalu mendukungnya untuk mengembangkan minatnya dalam matematika. Orang tua Ensintein selalu membelikannya textbook agar ia dapat menguasai matematika selama libur musim panas.
2. Thomas Alfa Edison
“Saya tidak akan pernah berkata bahwa saya pernah mengalami 1000 kegagalan. Namun saya akan berkata bahwa 1000 kegagalanlah mengahantarkan saya untuk meraih kesuksesan.”
Thomas Alfa Edison bukanlah seorang penyair abal-abal. Namun ia benar-benar melakukan 5.000 eksperimen untuk menemukan bagaimana agar lampu hasil temuannya dapat menyala dan menjadi salah satu hal yang sangat bermanfaat bagi kehidupan umat manusia hingga saat ini. Seharusnya kita lebih baik meniru cara berpikir Thomas Alfa Edison yang begitu positif dan pantang menyerah daripada harus menyerah begitu saja pada kegagalan. Sebab 5.000 eksperimen yang ia lakukan bukan berarti menunjukkan bahwa ia adalah orang yang bodoh. Namun kegagalan tersebut justru membuatnya menemukan sebuah ide yang lebih kreatif.
3. Isaac Newton
Isaac Newton adalah seorang ilmuwan kelahiran Woolsthorpe-Lincolnshire, Inggris, dalam bidang fisika, matematika, astronomi, filsuf alam, alkimi dan teologi. Newton lahir secara prematur dan harus kehilangan ayahnya yang meninggal tiga hari sebelum hari kelahirannya. Saat usianya menginak tiga tahun, ibunya memutuskan untuk menikah lagi dan meninggalkannya dalam asuhan sang nenek. Newton kemudian didaftarkan ke sekolah bahasa di Grantham dan berhasil menjadi anak terpandai di sekolahnya. Sewaktu menuntut ilmu di Grantham, Newton menetap di rumah kos milik apoteker lokal bernama William Clarke.
Walaupun Newton memiliki kemampuan akademik yang sangat mumpuni, namun keluarga justru mengeluarkannya dari sekolah dan menyuruhnya untuk fokus menjadi seorang petani saja. Padahal Newton tak suka betani. Kepala sekolah King’s School kemudian berusaha meyakinkan ibu Newton untuk mengembalikannya ke sekolah. Akhirnya, ibunya pun setuju dan Newton dapat menyelesaikan pendidikannya saat berusia 18 tahun dengan nilai yang memuaskan.
Newton kemudian diterima di Trinity College Universitas Cambridge. Dengan berkuliah di sini, maka Newton dapat meluangkan waktu untuk bekerja membantu keluarganya yang tengah mengalami krisis ekonomi. Saat itu, kurikulum di Cambridge berdasar pada ajaran Aristoteles. Namun, Newton justru lebih memilih untuk membaca gagasan-gagasan filsuf modern milik Descartes serta beberapa teori milik astronom terkenal seperti Copernicus, Galileo dan Kepler. Newton akhirnya mampu menemukan teorema binomial umum dan mulai mengembangkan teori matematika yang kemudian berkembang menjadi kalkulus.
4. Charles Darwin
Ilmuwan yang berhasil menemukan teori evolusi alam ini lahir tanggal 12 Februari 1809 di Shropshire, Inggris. Darwin merupakan anak kelima Robert Waring Darwin. Darwin menimba ilmu yang berdasarkan atas kurikulum berbahasa Yunani Klasik. Berbeda dengan Einstein dan Newton, Darwin justru tidak memperlihatkan prestasi yang bagus dalam akademiknya.
Saat kuliah, Darwin mengambil jurusan kedokteran namun tak menemukan kemajuan yang berarti. Ayahnya kemudian menyarankan Darwin untuk menjadi pendeta dan menyuruhnya untuk belajar teologi di Christ’s College. Namun Darwin tetap tidak memperoleh kemajuan di sana. Alih-alih belajar teologi, ia justru lebih senang menghabiskan waktunya dengan berburu dan menembak yang ia pelajari dari sepupunya, William Darwin.
Ternyata, Darwin sangat gemar mengkoleksi tanaman, serangga dan benda-benda geologi lainnya. Sedikit demi sedikit, Darwin pun terus mengembangkan minatnya dalam dunia serangga dan spesies hewan langka. Ternyata, disitulah naluri keilmiahan Darwin berada. Seorang ahli bumi bernama Alan Sedgewick dan seorang professor botani bernama John Stevens Henslow merupakan orang-orang pertama yang mendorong Darwin untuk terus mengembangkan bakatnya. Bakatnya terus berkembang sehingga menjadikannya sebagai seorang naturalist (pencinta alam). Ia sering mengikuti ekspedisi yang dilakukan oleh tim HMS Beagle.
Tim HMS Beagle melakukan ekspedisi dengan berlayar dan mengunjungi banyak negeri di lautan Pasifik Selatan sebelum kembali ke Inggris. Mereka melewati Tanjung Harapan di Capetwon, Afrika Selatan, sebagai bagian dari kegiatan mengelilingi dunia. Darwin sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Thomas Malthus yang menuliskan gagasannya dalam buku berjudul “Essay on the Principle of Population”.
Dalam bukunya, Malthus menyebutkan bahwa populasi seharusnya bertambah sesuai dengan batas persediaan makanan. Karena apabila tak sesuai maka tidak akan pernah terjadi persaingan untuk memperebutkan makanan. Setelah membaca buku karangan Malthus tersebut, akhirnya Darwin pun mendapatkan sebuah teori yang menyebutkan bahwa “The diversity of species centered on the gaining of food and food being necessary both to survive and to breed” (Semua jenis spesies terfokus untuk memenuhi kebutuhan makanan dan makanan berguna untuk kelangsungan hidup dan untuk berkembang biak).
0 komentar:
Posting Komentar